🐩 Kesimpulan Cerita Robohnya Surau Kami
Kesimpulan. Cerpen "Robohnya Surau Kami" adalah salah satu karya sastra Indonesia yang sangat berharga. Melalui cerita ini, pembaca dapat belajar tentang pentingnya kesatuan dan kebersamaan dalam menghadapi cobaan hidup. Cerita ini juga mengajarkan tentang keikhlasan dan empati terhadap sesama.
Kesimpulan. Cerpen "Robohnya Surau Kami" menggambarkan tentang kejadian tragis yang dialami oleh warga desa ketika surau tempat mereka beribadah roboh akibat terjadi gempa bumi. Cerita ini memperlihatkan penokohan yang kuat dan mendalam dari berbagai karakter, seperti Abas dan Kyai Maimun.
Robohnya Surau Kami adalah sebuah kumpulan cerpen sosio-religi karya A.A. Navis. Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah. Cerpen ini dipandang sebagai salah satu karya monumental dalam dunia sastra Indonesia.
Robohnya Surau Kami. (1955) Karya Sastra. Robohnya Surau Kami merupakan judul kumpulan cerita pendek A.A. Navis. Judul itu juga merupakan cerpen Navis yang paling terkenal dan banyak dibicarakan orang. Cerpen ini pertama kali terbit dalam majalah Kisah, Jakarta, tahun 1955. Cerpen ini kemudian terbit dalam buku kumpulan cerpen Navis pada tahun
Cerpen Robohnya Surau Kami ini menceritakan suatu tempat dimana ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Kemudian datanglah seseorang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat untuk menjadi garin atau penjaga surau tersebut, dan hingga kini surau tersebut masih tegak berdiri.
Tema atau pokok persoalan cerpen Robohnya Surau Kami sesungguhnya terletak pada persoalan batin kakek Garin setelah mendengar bualan Ajo Sidi. Gambaran ini terletak pada halaman 10 berikut ini. "Sedari mudaku aku disini, bukan?
Salah satu karya sastra fenomenalnya berjudul "Robohnya Surau Kami" sebuah kumpulan cerpen sosioreligi. Cerpen ini pertama kali terbit pada 1956, bercerita mengenai dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga Negara Indonesia, yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah. Cerita pendek. Robohnya Surau Kami (kumpulan cerpen
Dari permasalahan di atas, penulis mencoba mengangkat sebuah cerpen yang cukup fenomenal berjudul "Robohnya Surau Kami" karya A.A Nafis. Dengan maksud supaya kita dapat mengapresiasi cerpen tersebut melalui analisis unsur yang terkandung di dalamnya.
Berikut isi lengkap cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A Navis yang fenomenal tersebut: Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku.
Masyarakat sekitar surau memanggil Bapak tua ini dengan sebutan Garin atau penjaga surau. Garin ini mengisi hidup dengan beribadah saja. Dia hidup dari sedekah masyarakat sekitar. Karena dia sering membersihkan dan merawat surau. Disamping itu dia punya pekerjaan sederhana yaitu mengasah pisau.
Dalam sinopsis robohnya surau kami terdapat unsur intrinsik di dalamnya yaitu: 1. Tema. Tema yang diangkat dalam novel ini kisah tragis si kakek penjaga surau. 2. Tokoh dan Penokohan. Penjaga Surau, ia merupakan kakek yang rajin dan memiliki kehidupan yang monoton serta selalu beribadah.
Karyanya yang paling fenomenal adalah cerita pendek "Robohnya Surau Kami" yang ia tulis pada 1955. Navis dijuluki sebagai sang pencemooh karena tulisannya yang mengandung kritik ceplas-ceplos dan apa adanya. Jadi dari kesimpulan fakta-fakta diatas maka tema cerpen ini adalah "seorang kepala keluarga yang lalai menghidupi keluarganya
a7i2htr.
kesimpulan cerita robohnya surau kami